Petualangan Pertama di Jakarta



Oleh : Muhammad Rafiyudin


Minggu, 11 Maret 2018. Hari itu aku bersama satu temanku akan menghadiri sebuah Technical Meeting di pangkalan udara bandara Halim Perdanakusuma Jakarta.

Kami sudah berangkat sejak pukul 4 pagi dari rumah yang berada di kawasan Cikande untuk menuju stasiun Maja. Maklumi saja, jarak stasiun dengan rumahku lumayan jauh dan membutuhkan waktu yang lumayan, jika kami berangkat lebih siang kami akan terlambat sampai tempat tujuan.

Kami sampai di stasiun pukul 04:45. 15 menit sebelum kereta berangkat menuju stasiun transit yaitu, stasiun Tanah Abang.

Aku yang baru pertama kali menggunakan alat transportasi kereta sedikit kaget ketika mengetahui bahwa dalam satu gerbong kereta bukan hanya dinaiki oleh penumpang yang duduk di kursi kereta. Melainkan, banyak orang-orang yang berdiri, bahkan sampai berdesak-desakan di dalam gerbong. Melihat ada seorang Ibu yang berdiri di tengah desak-desakan para penumpang lain, aku memutuskan untuk memberikan tempat dudukku untuk Ibu itu.

Dan serentak orang-orang sekitar yang berada dalam gerbong melirik. Aku tidak kaget, karena yang kulakukan bukan merupakan tindakan kriminal ataupun tindakan asusila.

Sampai di stasiun transit Tanah Abang. Kami sudah ditunggu oleh puluhan bahkan ratusan orang yang sedang menunggu  kereta di peron masing-masing. Aku dan temanku mencoba bertanya keada petugas stasiun, kami bertanya harus ke peron berapa kami menunggu untuk naik kereta yang melintasi stasiun Cawang. Dan kami di arahkan untuk menunggu di peron 5.

Benar dugaanku, kereta yang kutunggu sudah padat oleh orang-orang yang memakai tasnya di depan dada.

Ya, aku ikut berdesak-desakan bersama penumpang lain. Tidak perduli harus berdesak-desakan dan harus berdiri sepanjang perjalanan, yang kami pikirkan hanyalah bagaimana caranya agar kami tidak terlambat untuk sampai ketempat Tecnichal Meeting.

Ketika tiba di stasiun Manggarai, kami turun untuk bertanya kembali kepada petugas stasiun, dan ternyata kami tidak harus turun. Karena, kereta yang kami naiki tadi akan melewati stasiun Cawang.

Sampai di stasiun Cawang, kami langsung keluar melewati pintu atas, di halte bus tepatnya, kami duduk sejenak untuk sekedar minum teh yang sudah dingin. Aku sengaja membawa teh yang dibungkus dalam plastik ukuran seperempat.

Sambil duduk kami mencoba memesan ojek online dengan tujuan Bandara Halim Perdanakusuma.

Tidak lama kemudian pesanan ojek online kami datang, kami memesan 2 ojek online. Akhirnya, kami melanjutkan perjalanan menuju Halim Perdanakusuma. Sekitar 8 menit perjalanan menggunakan ojek online, kami sampai di depan pangkalan udara Halim Perdanakusuma. Lalu kami langsung menemui penjaga yang sedang tugas kala itu. mengucapkan selamat pagi kepada petugas, lalu meminta izin untuk masuk ke dalam.

Setelah diberi izin, kami berdua langsung masuk kedalam. Karena waktu yang kami miliki tidak banyak.

Hari itu adalah hari keduaku menginjakan kaki di Jakarta. Ibukota Negara Indonesia, yang merupakan titik utama dari bangsa ini. Hari itu juga hari pertama untukku mengelilingi Jakarta tanpa orang tua. Rasa takut pasti ada tentunya, namun aku berpikir aku ini seorang laki-laki, jadi aku harus berani.

Dan setelah selesai mengikuti Technical Meeting di Binpot Dirga, Halim Perdanakusuma aku dan temanku bergegas untuk pulang, karena waktu sudah semakin siang.

Namun sangat disayangkan, ketika sudah sampai di Stasiun Cawang, aku tidak ingin pulang dan ingin mengunjungi patung dirgantara atau yang biasa disebut dengan patung pancoran yang berada kurang lebih 2 Km dari stasiun Cawang. Temanku sudah enggan untuk ikut, namun aku memaksanya untuk ikut. Kami menempuh jarak itu dengan berjalan kaki. Bukan hal yang sulit bagiku, karena sudah terbiasa berjalan.

Benar saja, sepanjang perjalanan temanku ini selalu berkicau seperti burung piit, ia berketus sepanjang jalan. Aku tidak menghiraukan ocehan dan ketusannya, karena aku fokus mengamati gedung-gedung tinggi. Bukan hanya gedung tinggi yang aku temui, ada beberapa fenomena yang tidak lazim yang dilhat oleh mataku. Di setiap pertigaan jalan, ada saja orang yang memarkirkan kendaraan, dan yang membuat hatiku miris adalah, yang memarkirkan di pertigaan jalan tersebut rata-rata perempuan paruh baya dan juga pria paruh baya, ada juga anak kecil umuran sd.

***

Akhirnya mereka berdua sampai di patung dirgantara, kemudian mereka berisitirahat sejenak. Sekitar 25 menit kemudian, mereka memutuskan untuk kembali pulang menuju stasiun Cawang untuk naik kereta jurusan stasiun transit Tanah Abang.
Begitulah petualangan pertama mereka di Jakarta.

#OneDayOnePost #ODOPbatch5 #Fiksi  


Subscribe to receive free email updates:

18 Responses to "Petualangan Pertama di Jakarta"

  1. Kapan ke Bandung? Ada cafe "si kekasih hati" loh sekarang fii 😂

    ReplyDelete
  2. Bentar banget jalan-jalan ke Jakartanya Fiii.
    Oh iya, berarti setelah ini cerita tentang Technical Meeting-nya nih ;-)

    ReplyDelete
  3. jangan lupa oleh2nya buat saya hehehehe

    ReplyDelete
  4. Hehe, nggak beda jauh sama aku pas diajak ke kotu pake transjakarta~ 😂

    ReplyDelete
  5. Hei anak muda, hatimu sungguh mulia... Memberikan tempat duduk buat ibu itu sesuatu... Karena aku juga seorang ibu

    ReplyDelete
  6. Hei anak muda, hatimu sungguh mulia... Memberikan tempat duduk buat ibu itu sesuatu... Karena aku juga seorang ibu

    ReplyDelete
  7. Selamat datang ke kerasnya kehidupan Jakarta, lain kali muter-muter aja pas gak jam pulang dan berangkat kantor, naik KRL gak penuh kok, bisa turun ke stasiun Juanda jalan2 di monas naik bis tingkat gratis muter-muter jakarta darinhalte masjid istiqlal tinggal nyebrang aja dari stasiun juanda.

    ReplyDelete

Beri aku 1001 kritik dan saran :)