Cermin Untuk Generasi Muda



Oleh : Muhammad Rafiyudin

Selamat pagi, selamat siang, selamat malam teman-temann semua. Kali ini Anak Desa aklan mengisahkan sebuah kisah yang mungkin teman-teman semua sudah sering mendengar ataupun membacanya. Ada dua kisah tentang pemuda pada zaman Rasulullah SAW. Semoga kisah ini bisa menjadi pelajaran bagi kita semua.  

Kisah yang pertama menceritakan tentang Uwais Al-Qorni, salah seorang pemuda asal Yaman yang tinggal bersama Ibunya. Ia adalah seorang mualaf yang sangat mencintai Rasulullah SAW. Saking cintanya Uwais Al-Qorni kepada Rasulullah SAW, ia meminta izin kepada Ibunya untuk pergi ke Madinah untuk menjumpai Rasulullah SAW. Pada saat itu Ibunda Uwais Al-Qorni sedang sakit.

Ibunda Uwais Al-Qorni mengizinkannya pergi ke Madinah untuk menemui Rasulullah SAW, dengan syarat harus cepat pulang.

Akhirnya Uwais Al-Qorni meminjam keledai milik tetangganya, sebagai kendaraan dirinya. Namun na’as di tengah perjalanan, keledai yang ia pinjam dari tetangganya mati kepanasan, Uwais Al-Qorni pun ikut pingsan, karena cuaca gurun pasir yang sangat panas.

Tidak lama kemudian, ada seorang pedagang yang akan menuju madinah, Uwais Al-Qorni di angkut oleh pedagang tersebut, dan setelah ia sadar dari pingsannya. Uwais Al-Qorni sudah sampai di Madinah, dan diberi tahu oleh pedagang yang mengangkutnya di mana rumah Rasulullah SAW.

Setelah sampai di rumah Rasulullah SAW, Uwais Al-Qorni diberi tahu oleh Aisyah istri Rasulullah SAW, bahwa Rasulullah sedang tidak di rumah, Rasulullah sedang berada di medan perang.

Uwais Al-Qorni sangat ingin menemui Rasulullah, namun keinginannya harus ia pendam. Karena Rasulullah sedang berperang. Akhirnya, Uwais Al-Qorni memutuskan untuk kembali pulang, karena mengingat pesan Ibundanya yang sedang sakit.

Setelah Rasulullah SAW pulang dari medan perang, Rasulullah langsung bertanya pada Aisyah, “Kemana tamu dari Yaman tersebut,” lalu Aisyah menjawab, “Ia sudah pulang, karena Ibunya berpesan agar dirinya bergegas pulang karena Ibunya sedang sakit.” Lalu Rasulullah SAW mengatakan kepada para Sahabat, “Dia adalah manusia langit, bukan manusia bumi. Jika kalian menemuinya, mintalah do’a dan istighfarnya”

Melanjutkan keterangannya tentang Uwais Al-Qarni, penghuni langit itu, kepada para sahabatnya., “Kalau kalian ingin berjumpa dengan dia, perhatikanlah ia mempunyai tanda putih ditengah talapak tangannya.”

Waktu terus berganti, dan Rasulullah SAW kemudian wafat. Kekhalifahan Abu Bakar pun telah digantikan oleh Umar bin Khatab. Suatu ketika, khalifah Umar teringat akan sabda Rasulullah SAW tentang Uwais Al-Qarni, si penghuni langit. Beliau segera mengingatkan kembali sabda Rasulullah SAW kepada sahabat Ali bin Abi Thalib. Sejak saat itu setiap ada kafilah yang datang dari Yaman, Khalifah Umar Bin Khatab dan Ali Bin Abi Thalib selalu menanyakan tentang Uwais Al Qarni, si fakir yang tak punya apa-apa itu, yang kerjanya hanya menggembalakan domba dan unta setiap hari? Mengapa khalifah Umar Bin Khatab danAli Bin Abi Thalib, selalu menanyakan dia?

Rombongan khalifah dari Yaman menuju Syam silih berganti, membawa barang dagangan mereka. Suatu ketika, Uwais Al-Qarni turut bersama mereka. Rombongan khalifah itu pun tiba di kota Madinah.

Melihat ada rombongan khalifah yang baru datang dari Yaman, segera khalifah Umar Bin Khatab dan Ali Bin Abi Thalib mendatangi mereka dan menanyakan apakah Uwais Al-Qarni turut bersama mereka. Rombongan kafilah itu mengatakan bahwa Uwais Al-Qarni ada bersama mereka, dia sedang menjaga unta-unta mereka di perbatasan kota. Mendengar jawaban itu, khalifah Umar Bin Khatab dan Ali Bin Abi Thalib segera pergi menjumpai Uwais Al-Qarni.

Sesampainya di kemah tempat Uwais berada, khalifah Umar Bin Khatab dan Ali Bin Abi Thalib memberi salam. Tapi rupanya Uwais sedang shalat. Setelah mengakhiri shalatnya dengan salam, Uwais menjawab salam khalifah Umar Bin Khatab dan Ali Bin Abi Thalib sambil mendekati kedua sahabat Rasulullah SAW ini dan mengulurkan tangannya untuk bersalaman. Sewaktu berjabatan, Khalifah Umar Bin Khatab dengan segera membalikkan tangan Uwais, untuk membuktikan kebenaran tanda putih yang berada di telapak tangan Uwais, seperti yang pernah dikatakan oleh Rasulullah SAW. Memang benar! Tampaklah tanda putih di telapak tangan Uwais Al-Qarni.

Wajah Uwais Al-Qarni tampak bercahaya. Benarlah seperti sabda Rasulullah SAW bahwa dia itu adalah penghuni langit. Khalifah Umar Bin Khatab dan Ali Bin Abi Thalib menanyakan namanya, dan dijawab, “Abdullah.” Mendengar jawaban Uwais, mereka tertawa dan mengatakan, “Kami juga Abdullah, yakni hamba Allah. Tapi siapakah namamu yang sebenarnya?” Uwais kemudian berkata, “Nama saya Uwais Al-Qarni”.
Dalam pembicaraan mereka, diketahuilah bahwa ibu Uwais Al-Qarni telah meninggal dunia. Itulah sebabnya, ia baru dapat turut bersama rombongan kafilah dagang saat itu. Akhirnya, Khalifah Umar Bin Khatab dan Ali Bin Abi Thalib agar Uwais membacakan do'a dan istighfar untuk mereka. Uwais enggan dan dia berkata kepada Khalifah, “Saya lah yang harus meminta do'a pada kalian.”

Mendengar perkataan Uwais, khalifah berkata, “Kami datang kesini untuk mohon doa dan istighfar dari anda.” Seperti yang dikatakan Rasulullah sebelum wafatnya. Karena desakan kedua sahabat ini, Uwais Al-Qarni akhirnya mengangkat tangan, berdoa dan membacakan istighfar. Setelah itu Khalifah Umar Bin Khatab berjanji untuk menyumbangkan uang negara dari Baitul Mal kepada Uwais untuk jaminan hidupnya. Segera saja Uwais menampik dengan berkata, “Hamba mohon supaya hari ini saja hamba diketahui orang. Untuk hari-hari selanjutnya, biarlah hamba yang fakir ini tidak diketahui orang lagi.”

Beberapa tahun kemudian, Uwais Al-Qarni berpulang ke Rahmatullah. Anehnya, pada saat dia akan dimandikan, tiba-tiba sudah banyak orang yang berebutan untuk memandikannya. Dan ketika dibawa ke tempat pembaringan untuk dikafani, di sana pun sudah ada orang-orang yang menunggu untuk mengkafaninya. Demikian pula ketika orang pergi hendak menggali kuburannya, disana ternyata sudah ada orang-orang yang menggali kuburnya hingga selesai. Ketika usungan dibawa menuju ke pekuburan, luar biasa banyaknya orang yang berebutan untuk mengusungnya.

Meninggalnya Uwais Al-Qarni telah menggemparkan masyarakat kota Yaman. Banyak terjadi hal-hal yang amat mengherankan. Sedemikian banyaknya orang yang tak kenal berdatangan untuk mengurus jenazah dan pemakamannya, padahal Uwais Al-Qarni adalah seorang fakir yang tidak dihiraukan orang. Sejak ia dimandikan sampai ketika jenazahnya hendak diturunkan ke dalam kubur, disitu selalu ada orang-orang yang telah siap melaksanakannya terlebih dahulu.

Penduduk kota Yaman tercengang. Mereka saling bertanya-tanya, “Siapakah sebenarnya engkau wahai Uwais Al-Qarni? bukankah Uwais yang kita kenal, hanyalah seorang fakir, yang tak memiliki apa-apa, yang kerjanya sehari-hari hanyalah sebagai penggembala domba dan unta? Tapi, ketika hari wafatmu, engkau menggemparkan penduduk Yaman dengan hadirnya manusia-manusia asing yang tidak pernah kami kenal. Mereka datang dalam jumlah sedemikian banyaknya. Agaknya mereka adalah para malaikat yang diturunkan ke bumi, hanya untuk mengurus jenazah dan pemakamanmu.”

Berita meninggalnya Uwais Al-Qarni dan keanehan-keanehan yang terjadi ketika wafatnya telah tersebar ke mana-mana. Baru saat itulah penduduk Yaman mengetahuinya, siapa sebenarnya Uwais Al-Qarni. Selama ini tidak ada orang yang mengetahui siapa sebenarnya Uwais Al-Qarni disebabkan permintaan Uwais Al-Qarni sendiri kepada Khalifah Umar ra dan Ali ra, agar merahasiakan tentang dia. Barulah di hari wafatnya mereka mendengar sebagaimana yang telah disabdakan oleh Rasulullah SAW bahwa Uwais Al-Qarni adalah penghuni langit.

Lalu kisah pemuda yang kedua adalah seorang pemuda yang bernama Alqamah. Dia seorang pemuda yang giat beribadah, rajin shalat, banyak puasa dan suka bersedekah. Suatu ketika dia sakit keras, maka istrinya mengirim utusan kepada Rasulullah untuk memberitahukan kepada beliau akan keadaan Alqamah. Maka, Rasulullahpun mengutus Ammar bin Yasir, Shuhaib ar-Rumi dan Bilal bin Rabah untuk melihat keadaannnya. Beliau bersabda, “Pergilah ke rumah Alqamah dan talqin-lah untuk mengucapkan La Ilaha Illallah”Akhirnya mereka berangkat kerumahnya, ternyata saat itu Alqamah sudah dalam keadaan naza’, maka segeralah mereka men-talqin-nya, namun ternyata lisan Alqamah tidak bisa mengucapkan La ilaha illallah.

Langsung saja mereka laporkan kejadian ini pada Rasulullah.
Maka Rasulullah pun bertanya, “Apakah dia masih mempunyai kedua orang tua?”
Ada yang menjawab, “Ada wahai Rasulullah, dia masih mempunyai seorang ibu yang sudah sangat tua renta.”
Maka Rasulullah mengirim utusan untuk menemuinya, dan beliau berkata kepada utusan tersebut, “Katakan kepada ibunya Alqamah, ‘Jika dia masih mampu untuk berjalan menemui Rasulullah maka datanglah, namun kalau tidak, maka biarlah Rasulullah yang datang menemuimu.’”
Tatkala utusan itu telah sampai pada ibunya Alqamah dan pesan beliau itu disampaikan, maka dia berkata, “Sayalah yang lebih berhak untuk mendatangi Rasulullah.”
Maka, dia pun memakai tongkat dan berjalan mendatangi Rasulullah.
Sesampainya di rumah Rasulullah, dia mengucapkan salam dan Rasulullah pun menjawab salamnya.
Lalu Rasulullah bersabda kepadanya, “Wahai ibu Alqamah, jawablah pertanyaanku dengan jujur, sebab jika engkau berbohong, maka akan datang wahyu dari Allah yang akan memberitahukan kepadaku, bagaimana sebenarnya keadaan putramu Alqamah?”
Sang ibu menjawab, “Wahai Rasulullah, dia rajin mengerjakan shalat, banyak puasa dan senang bersedekah.”
Lalu Rasulullah bertanya lagi, “Lalu apa perasaanmu padanya?”
Dia menjawab, “Saya marah kepadanya Wahai Rasulullah.”
Rasulullah bertanya lagi, “Kenapa?”
Dia menjawab, “Wahai Rasulullah, dia lebih mengutamakan istrinya dibandingkan saya dan diapun durhaka kepadaku.”
Maka, Rasulullah bersabda, “Sesungguhny,a kemarahan sang ibu telah menghalangi lisan Alqamah, sehingga tidak bisa mengucapkan syahadat.”
Kemudian beliau bersabda, “Wahai Bilal, pergilah dan kumpulkan kayu bakar yang banyak.”
Si ibu berkata, “Wahai Rasulullah, apa yang akan engkau perbuat?”
Beliau menjawab, “Saya akan membakarnya dihadapanmu.”
Dia menjawab, “Wahai Rasulullah , saya tidak tahan kalau engkau membakar anakku dihadapanku.”
Maka, Rasulullah menjawab, “Wahai Ibu Alqamah, sesungguhnya adzab Allah lebih pedih dan lebih langgeng, kalau engkau ingin agar Allah mengampuninya, maka relakanlah anakmu Alqamah, demi Dzat yang jiwaku berada di Tangan-Nya, shalat, puasa dan sedekahnya tidak akan memberinya manfaat sedikitpun selagi engkau masih marah kepadanya,”
Maka dia berkata, “Wahai Rasulullah, Allah sebagai saksi, juga para malaikat dan semua kaum muslimin yang hadir saat ini, bahwa saya telah ridha pada anakku Alqamah”.
Rasulullah pun berkata kepada Bilal, “Wahai Bilal, pergilah kepadanya dan lihatlah apakah Alqamah sudah bisa mengucapkan syahadat ataukah belum, barangkali ibu
Alqamah mengucapkan sesuatu yang bukan berasal dari dalam hatinya, barangkali dia hanya malu kepadaku.”
Maka, Bilal pun berangkat, ternyata dia mendengar Alqamah dari dalam rumah mengucapkan La Ilaha Illallah. Maka, Bilal pun masuk dan berkata, “Wahai sekalian manusia, sesungguhnya kemarahan ibu Alqamah telah menghalangi lisannya sehingga tidak bisa mengucapkan syahadat, dan ridhanya telah menjadikanya mampu mengucapkan syahadat.”
Kemudian, Alqamah pun meninggal dunia saat itu juga.
Maka, Rasulullah melihatnya dan memerintahkan untuk dimandikan lalu dikafani, kemudian beliau menshalatkannya dan menguburkannya,
Lalu, di dekat kuburan itu beliau bersabda, “Wahai sekalian kaum Muhajirin dan Anshar, barang siapa yang melebihkan istrinya daripada ibunya, dia akan mendapatkan laknat dari Allah, para malaikat dan sekalian manusia. Allah tidak akan menerima amalannya sedikitpun kecuali kalau dia mau bertobat dan berbuat baik pada ibunya serta meminta ridhanya, karena ridha Allah tergantung pada ridhanya dan kemarahan Allah tergantung pada kemarahanya”

Nah teman-teman semua, itulah dua kisah dari dua orang pemuda yang hidup pada zaman Rasulullah SAW. Dari dua kisah di atas ada banyak sekali pelajaran yang bisa kita ambil untuk memperbaiki diri kita. Termasuk kedalam golongan manakah kita semua? Golongan pemuda seperti Uwais Al-Qorni ataukah Termasuk kedalam golongan pemuda seperti Al-Qamah.
Mari belajar menghargai orang tua kita. Karena, merekalah orang yang selalu berjuang demi kita. Mari bahagiakan mereka dengan hal-hal positif.
Semoga bermanfaat….

Subscribe to receive free email updates:

6 Responses to "Cermin Untuk Generasi Muda"

Beri aku 1001 kritik dan saran :)