Kejadian Kemarin

Oleh : Muhammad Rafiyudin



Sore ini hujan. Ahmad yang baru sampai di rumah dengan keadaan basah kuyup, dari sekolahnya yang lumayan jauh dan ditempuh dengan menggunakan kendaraan sepeda motor.
Ahmad adalah seorang anak bungsu dari Pak Andi dan Ibu Anti. Ia anak ke-4 dari 4 bersaudara. Lelaki ini memiliki tubuh yang tidak tinggi dan juga tidak pendek. Atau bisa di bilang sedang. Rambutnya pendek, hidungnya mancung.
Sesampainya di rumah Ahmad langsung membasuh badannya dengan air hangat agar tidak masuk angina. Setelah selesai mandi, ia bergegas untuk bersiap-siap untuk shalat maghrib dan makan malam.

***

“ Pak… Ayo kita makan malam, makanan sudah siap ” Ajak Ibu Anti.
“ Oh, iya Bu. Mari kita makan, panggilkan Ahmad Bu ”
Ibu Anti berjalan menuju kamar Ahmad yang ada di depan, dekat dengan ruang tamu.
" Ahmad... Ayo makan dulu Nak! Bapak sudah menunggu di meja makan ”
“ Iyah bu” Ahmad yang sedang duduk di meja belajar sambil melamunkan sebuah kejadian yang telah ia alami sejak kemarin-kemarin kaget dengan ajakan Ibunya. Ia langsung membuka pintu kamar dan segera menuju meja makan. Ahmad berjalan dengan lemas dan raut wajah yang sangat bimbang. Ia langsung duduk di meja makan tepat berada di depan Ibunya. Ia mengambil piring yang sudah di isi nasi oleh ibunya lalu mengambil lauk yang ada di atas meja makan.

***

“ Kamu ini kenapa ?, dari tadi makanannya di liatin terus. Bukannya di makan.” Tanya sang Ibu kepada Ahmad.
“ Sebenarnya… aku…” 
“ Sudahlah, habiskan saja dulu makananmu, nanti setelah makan kita ngobrol ya.” Ucap sang Bapak, yang memotong kata-kata Ahmad.
“ Iya betul, ayo habiskan dulu makanannya” 
“ Baik Pak Bu…”

***

Pukul 20:00 setelah shalat isya dan makan malam. Pak Andi mengajak Ahmad dan Ibu Anti untuk duduk di depan teras rumah. mereka duduk di kursi yang ada di depan teras rumah, lengkap dengan teh hangat dan beberapa makanan kecil di mejanya.

“ Kamu ini kenapa? Bapak perhatikan belakangan ini kamu sering melamun dan sering murung sudah seperti orang yang sedang dapat musibah saja.”
“ Eummm ”
“ Ayo Nak. Ceritakan pada Bapak dan Ibu ”
“ Atau jangan-jangan. Kamu sedang putus cinta. Iya? ”  Tanya Pak Andi sambil menatap Ahmad.
Ahmad menatap kembali Ayahnya dengan raut wajah merah. Ibu Anti tertawa kecil melihat raut wajah Ahmad.

***

Sekitar satu minggu yang lalu. Ia mengalami terpaan mental dari sebuah kehidupan. Ya, Ahmad yang aktip dalam Organisai di sekolah merasa hampa selama ia menjalani dan mengikuti Organisasi. Belum lagi di tambah dengan tugas-tugas yang di berikan oleh guru-guru yang membuatnya semakin tertekan. Pasalnya ia harus menjalankan tugas nya sendirian. Sebenarnya ia memiliki banyak rekan. Namun rekan-rekannya sibuk dengan urusan pribadinya masing-masing.
Ya, ia harus mensosialisasikan acara sendiri, mengerjakan tugas dari guru sendiri padahal tugas yang di berikan adalah tugas kelompok bukan tugas individu, dan lain sebagainya.

Ahmad bertanya-tanya dalam renungannya. Akan sampai kapan kejadian seperti ini terjadi? Belum ada jawaban atas apa yang ia pertanyakan dalam renungannya.

***

“ Ohh, jadi seperti itu ”
“ Nak! Kamu tidak boleh berpikiran negative keapada rekan-rekan mu di sekolah baik rekan di Organisai maupun di kelas. Kamu adalah seorang laki-laki. Tidak pantas seorang laki-laki menyerah karena hal seperti itu ”
Ibu Anti menatap sambil tersenyum kepada Ahmad. Lalu  menuangkan teh dalam gelas untuk Ahmad dan Pak Andi.

“ kamu tidak sendiri. Kamu hanya merasa bahwa kamu itu sendiri. Jika memang kejadiannya seperti itu, berarti kamu yang harus bisa membimbing rekan-rekanmu. Hidup itu selalu punya pilihan, dan kamu harus rela berjuang dan berkorban atas apa yang sudah kamu pilih. Mulai dari sekarang, kamu harus bisa menajadi pemimpin daari rekan-rekanmu, kamu pimpin mereka, kamu bimbing mereka. Dengan syarat… kamu harus tetap rendah hati. Kamu tidak boleh merasa sombong. Kamu juga harus belajar dari mereka, karena ilmu itu datangnya dari siapa saja dan di amana saja ”
“ Benar apa yang dikatakan Bapakmu ” Tegas sang ibu sambil merangku Ahmad.
“ Dulu Bapakmu ini seorang ketua osis di sekolah. Semua perempuan di sekolah suka sama bapak. Ibumu saja sampai tergila-gila dengan bapak ” 
“ Bapak… apasih bapak ini. Wong dulu bapak yang kejar- kejar ibu ”
Kalimat candaan dari Pak Andi yang membuat pipi bu Anti merah dan malu kepad Ahmad.

“ Sudah-sudah, mari kita masuk. Sudah malam” ajak pak Andi yang masih menertawai Bu Anti.

***

“ Kejadian kemarin mengajarkanku akan sebuah pengorbanan
Hidupp, tidak lepas dari sebuah perjuangan dan pengorbanan
Dimana, kita harus siap untuk berjuang dan berkorban
Entah itu dari segi fisik maupun mental
Kemarin aku lelah bahkan sangat lelah
Ya, fisik dan mentalku di terpa oleh aalam semesta
Semuanya berantakan
Diri ini merasa sebagai orang yang tenggelam paling dalam
Hingga sejenak sadar bahwa ikan yang hidup adalah ikan yang berenang
Gelapnya dasar lautan
Lelahnya fisik dan mental
Seketika hilang, setelah hati kecil ini berkata, kamu harus berenang
Sesekali kita harus berenang ketepian untuk melihat indahnya daratan
Namun, sesekali juga kita harus berenang menuju dasar lautan
Untuk mempelajari sebuah arti kehidupan ”

Cikande, 25 Februari 2018


#OneDayOnePost #ODOPbatch5

Subscribe to receive free email updates:

1 Response to "Kejadian Kemarin"

Beri aku 1001 kritik dan saran :)