Perjalanan Singkat
Oleh
: Muhammad Rafiyudin
Pagi hari yang cerah.
Ahmad berjalan menyusuri jalanan Desa, mengenakan seragam putih, dan juga
celana merah yang hanya sampai dengkul. Ia berjalan bersama dengan beberapa
siswa dari sekolah dasar. Di tengah perjalanan ia menjumpai beberapa teman
madrasahnya, yang juga akan mengikuti tes tulis. Kali ini tes tulis bukan di
laksanakan di SMPN1 Cikande, melainkan di SMP Islam El-Mizan. Ahmad tidak
merasakan ada beban pikiran, karena kegagalan kemarin.
Sesampainya di depan
Masjid, yang tepat berada di depan SDN Parigi, Ahmad melihat banyak sekali orang
yang mengenakan seragam putih dan celana merah, ia hampir tak bisa membedakan
mana teman seangkatannya dan mana yang benar-benar anak sd.
Tepat di depan gerbang sekolah. Ada
segerombolan alumni SDN Parigi yang sedang asyik berbincang sambil tertawa
begitu lepas.
“
Wih, awas-awas ada alumni SDN Kukun” Ketus salah satu ari
segerombolan itu, ketika Ahmad berjalan melewati.
Ahmad hanya diam dan
terus berjalan masuk ke dalam sekolah, ia melewati segerombolan itu tanpa ada
sepatah kata apapun. Jangankan bicara, menoleh pun tidak sama sekali. Ada
perasaan kesal dari Ahmad, karena pada waktu ia masih duduk di kelas 5 sd, SDN
Kukun dan SDN Parigi selalu berseteru, sudah seperti anak STM saja. Terbukti,
pada saat O2SN tingkat kecamatan, pada pertandingan sepak bola yang
mempertemukan SDN Kukun dengan SDN Parigi. Laga itu begitu panas sudah seperti
laga antara Persib vs Persija. Di tambah dengan para supporter sekolah
masing-masing yang banyak, membuat suasana pertandingan kala itu begitu ramai.
Skor pertandingan itu di menangkan oleh SDN Kukun dengan skor 2-1. Dari
pertandingan itu pula SDN Kukun melangkah ke babak selanjutnya, sampai akhirnya
menjadi juara 1 dalam cabang sepak bola, dan menjadi juara umum 3 di O2SN
tersebut.
***
Ahmad masih canggung
dengan suasana sekolah dan juga beberapa siswa/I yang lainnya. Namun, tidak
butuh waktu lama untuk Ahmad menyesuaikan diri dengan yang lain. Baru beberapa
menit saja ia sudah kenal dengan beberapa orang. Ya, Ahmad adalah seorang anak
yang mudah kenal dengn orang-orang baru. Jadi sudah tidak heran apabila ia
sangat mudah bergaul dengan orang yang baru di kenalnya. Di tambah sudah ada
beberpa orang yang ia kenal sejak madrasah. Yang membuat Ahmad tidak merasakan
canggung lagi.
***
Terlihat seorang guru
berdiri di depan kantor. Yang tak lain dan tak bukan adalah istri dari kepala
sekolah. Istri dari kepala sekolah ini bernama Ibu Mulyawati yang biasa di sapa
dengan Bu Mul. Dengan muka ceria ditambah dengan senyumannya, Ibu Mul menyambut
para calon siswa/I nya.
tidak lama kemudian,
terdengar suara bel, yang menandakan semua calon siswa/I harus segera masuk ke
ruangannya masing-masing. Semua calon siswa/I yang sedang duduk di depan ruang
kelas, di depan gerbang, dan di lapangan semuanya bergegas untuk masuk.
Ahmad duduk di ruangan
kelas yang bersampingan dengan kantor. Ia duduk di meja kedua barisan pertama
dari pintu masuk. Ketika semua peserta sudah masuk ke ruangannya masing-masing,
para pengawas pun segera memasuki ruangan untuk membagikan lembar soal dan
lembar jawaban. Seperti biasa, saat pertama kali masuk pengawas meminta satu
orang untuk memimpin do’a sebelum tes tulis dilaksanakan, Ahmad memberanikan
diri untuk memimpin berdo’a.
Kemudian pengawas
membagikan lembar soal dan lembar jawaban. Setelah selesai membagikan lembar
soal dan lembar jawaban, pengawas itu mempersilahkan semua peserta untuk
mengerjakan. Sekitar 20 menit berlalu setelah pengawas mempersilahkan para
peserta untuk mengerjakan, pengawas itu keluar meninggalkan ruangan untuk
mengambil sesuatu miliknya di kantor. Serentak suasan ruangan yang adem tidak
ada suara sedikitpun, berubah menjadi suasana pasar. Ahmad, tetap tenang di
kursinya, sambil terus membaca soal. Terdengar sebuah kalimat dari bagian
belakang barisan terakhir dari pintu yang mengatakan “ Ahh, ini mah mau betul semua apa engga pasti diterima, udah weuy
santai ajah”
Ahmad yang mendengar
kalimat tersebut langsung berhenti membaca soal, dan langsung menatap kearah
pojok kelas, ia merasa sedikit lega. Karena, ia percaya bahwa ia tidak akan
gagal untuk yang kedua kalinya. Namun, meski demikian. Ahmad tetap mengerjakan
soal-soal dengan teliti dan penuh hati-hati.
“
Yang sudah kumpulkan” Ucap pengawas yang datang tiba-tiba dan
mengagetkan seisi ruangan.
***
Setelah mengumpulkan
lembar jawabannya. Ahmad meninggalkan ruangan, dan duduk di depan ruangannya.
Tak lama kemudian, segerombolan orang yang tadi pagi di gerbang pun ikut
keluar, segerombolan itu bukan hanya meninggalkan ruangan, melainkan
meninggalkan sekolah tersebut. Karena, sudah tidak ada kegiatan lagi. Kegiatan
akan dilaksanakan di hari selanjutnya.
Ahmad yang sedang duduk
pun meninggalkan sekolah tersebut untuk kembali kerumahnya. Ia berjalan pulang
dengan temannya Deden, yang kebetulan rumahnya satu arah dengan Ahmad. Deden
adalah seorang alumni dari SDN Parigi, yang memiliki postur tubuh tinggi,
dengan rambut cepak. Deden sering menjadi suruhan teman-temannya. Ya, laki-laki
ini postur tubuhnya saja yang tinggi. Namun, nyalinya begitu pendek.
***
Seperti biasa,
sesampainya dirumah, Ahmad mengetuk pintu dan mengucapkan salam terlebih
dahulu. Kemudian masuk menuju kamarnya.
Ia sudah tak
pusing-pusing lagi memikirkan apakah ia lolos atau tidak. Karena, semua hasil
tes di sekolah pilihan orang tuanya akan seluruhnya diterima. Tidak banyak
memang, peserta yang mendaftar di sekolah tersebut, berbeda pastinya dengan
SMPN 1 CIkande yang menerima sampai 10 kelas.
Bersambung…
#OneDayOnePost
#ODOPbatch5 #BismillahLulus #TantanganVII&VII #CerbungEpisode6
Next Kak Rafi...
ReplyDeleteAyo ahmad tetep semangat, ada keseruan apalagi ya di hidup ahmad?
ReplyDeleteNext episode 😀
ReplyDelete