Perjalanan Singkat
Oleh
: Muhammad Rafiyudin
Setelah
beberapa hari menunggu kabar. Akhirnya Ahmad mendapat informasi bahwa hasil tes
tulis akan di bagikan pada hari Sabtu pukul 11.00 di sekolah dasarnya. Ahmad
yang sudah tak sabar dengan hasil tes nya merasa gelisah antara sedih dan
bahagia. Sedihnya ia takut tidak lolos, bahagianya ia menghayalkan bisa lolos
dan bersekolah di sekolah impiannya tersebut.
Hari-harinya
selalu memikirkan hasil tes. Bagaimana tidak memikirkan, bayangkan saja puluhan
bahkan ratusan peserta yang ikut tes, hanya beberapa saja yang akan di terima.
Hingga
tiba saatnya di mana hari akan di bagikannya hasil tes tulis, Ahmad sudah
bersiap dengan segala perasaan untuk menerima selembar surat keputusan antara
di terima dan tidak terima.
Ahmad
berangkat pukul 09:00 untuk menuju sekolah. Seperti biasa, sebelum menuju ke
sekolah, ia singgah terlebih dahulu di rumah Boski untuk sejenak bersantai dan berbincang tentang
kemana mereka akan melanjutkan pendidikan apabila mereka tidak di terima.
“
Deg-degan amat nyah” ucap Ahmad yang membuka obrolan antara
dirinya dengan Boski. Boski yang sibuk dengan
sepeda nya menjawab “ Tenang bae sih, da sekolaan loba keneh”
“
Dia teruskeun kamana, lamun henteu di terima?”
Tanya Ahmad yang duduk dan sibuk memikirkan hasil tesnya.
“
Ka MTS bae lah nu deket”
“
Wih… Brok hayu ih ka sekolaan. Ges jam beraha ieu?”
Gugun datang dengan sebuah ajakan yang mengagetkan Ahmad dan Boski.
Boski
menyimpan sepedanya lalu bersiap untuk menuju sekolah, Ahmad dan Gugun sudah
berdiri dan menunggu Boski yang sedang bersiap-siap. Kemudian mereka bertiga berangkat
menuju sekolah.
Sesampainya
di sekolah, mereka menunggu Bu Nacih, yang merupakan Wali Kelas 6b yang akan
membagikan hasil tes tulis kemarin.
Duduk di bawah pohon mangga, Ahmad, Boski,
Gugun, dan semua teman mereka yang juga ikut serta mengikuti tes tulis di SMPN
1 Cikande asyik mengobrol sambil menunggu.
Ketika
sedang asyik mengobrol, Bu Nacih dengan seragam dinas yang menggunakan motor
supra warna hitam tiba di sekolah, sambil membawa sebuah map coklat. Semua yang
sedang menunggu di bawah pohon manga di depan ruang kelas 6a sudah menebak apa
yang ada di dalam map coklat itu. “ Ayo,
semuanya masuk kesitu” Bu nacih memerintahkan murid-muridnya untuk masuk ke
dalam ruangan terdekat. Yaitu ruang kelas 6a.
Semuanya
masuk kedalam ruangan dan langsung duduk. Di susul dengan Bu Nacih yang masuk
ruangan sambil menenteng map di tangan kanannya dan tas di tangan kirinya.
“
Hari ini, Ibu akan membagikan hasil tes tulis kalian”
Ucap Bu nacih yang baru saja menaruh tasnya di atas meja paling depan dekat
dengan papan tulis.
Seisi
ruangan terdiam sambil mendengarkan pengumuman hasil tes. Satu persatu di
panggil secara urut untuk maju mengambil surat hasil tes tulis.
Hingga
tiba pada saat Ahmad di panngil untuk maju dan mengambil surat hasil tes
miliknya. Ia berjalan dengan raut muka yang tegang dari meja paling belakang
menuju meja paling depan.
***
Semuanya
sudah menerima surat hasil tes. Dan semuanya di persilahkan untuk melihat hasil
tes, apakah mereka di terima atau tidak.
“
Alhamdulillah… di terima” Teriak seorang wanita yang bernama
Via Oktaviani. Yang di susul dengan teriakan bahagia dari yang lain.
Berbeda
dari yang lain, yang berteriak bahagia karena di terima di sekolah itu. Ahmad
terdiam murung seakan tidak menyangka dan tidak percaya dengan hasil tesnya
sendiri, Ahmad tidak lolos tes tulis. Ia hanya mendapatkan nilai tes 4,7
terpaut tiga angka lebih rendah dari ketentuan nilai di terima yaitu 5,0.
Berbeda dengan Boski dan teman lain yang juga tidak ikut berteriak bahagia
karena tidak di terima, hanya tertawa kecil melihat tingkah temannya yang
berhasil di terima.
Ahmad
begitu terpukul, ia tak menyangka bahwa dirinya gagal lolos. Dan pada saat akan
berpamitan dengan Bu Nacih Ahmad di tanya oleh Bu Nacih
“
Lolos ga Mad?”
“
Engga Bu” Jawab Ahmad dengan nada lemas.
“
Yaudah gapapa, terus mau lanjut kemana? Mondok?”
“
Kurang tau deh Bu, Paling nyari yang deket ajah deh. Pulang dulu yah Bu ” Ahmad
berpamitan untuk pulang tanpa menghiraukan teman-temannya. Ia pulang dengan
membawa selembar kertas hasil tes yang menyatakan bahwa ia tidak di terima di
SMPN 1 Cikande.
Ahmad
menekuk mukanya di sepanjang perjalanan dari sekolah menuju rumah.
“
Assalamualaikum…” Ahmad mengucap salam sambil menegetuk
pintu rumah.
“
Waalaikumussalam” Ibu Ahmad menjawab salam dari dalam
rumah dambil berjalan menuju pintu.
Bersambung…
*“ Dia teruskeun kamana, lamun henteu di terima?”= “Kamu Nerusin ke mana, kalau tidak diterima”
*“ Ka MTS bae lah nu deket”= “Ke MTS aja deh yang deket”
*“ Wih… Brok hayu ih ka sekolaan. Ges jam beraha ieu?”= “ Wih… Brok hayu ke sekolah. Udah jam berapa ini”
#OneDayOnePost
#ODOPbatch5 #BismillahLulus #TantanganVII&VII #CerbungEpisode3
T_T
ReplyDeleteSedih banget sih.
Kan jadi down inih.
Waduh, waduh 😂
DeleteKasian. Jadi sedih nih.
ReplyDeleteNggak pake jalur letjend aja
Jangan sedih berat mas 😂
DeleteJalur apa itu 😂
Pasti ada rencana lain dariNya, la tahzan ☺
ReplyDeleteInnallaha ma'ana
DeleteSabar ya ahmad.. sekolahan lain masih buka pendaftaran kok..
ReplyDeleteHehehe, next episode 4 😁
DeleteSemangaaat Ahmad 😆
ReplyDeleteSeneng ih baca percakapan yg pake bahasa sundanya 😅
Orang sunda emng idaman 😀
DeleteHmmm, sedih liat ahmad ga lolos, smg dapat yg terbaik buat ahmad
ReplyDeleteAamiin
DeleteBahasa Sunda nya Cikande lucuu unik beda sama di bandung 😆
ReplyDeletesunda kasar, Cikande mah mba hehehe
Delete