Kisah Lama

          sumber gambar : google.com

“Ini kisahku dengan Mila pada masa SMA dulu” Kalimat pembuka yang diucapkan oleh seorang pria berambut panjang, panjangnya kurang lebih sebahu, diikat seperti peremuan. Pria ini memiliki hidung mancung dagu panjang. Ia mengenakan switer bercubluk warna hitam.

“ Pada saat kelas 2 SMA kami sudah saling mengenal,waktu itu kami satu Organisasi pada waktu itu” Pria ini melanjutkan ceritanya.

“Sebenarnya, aku sudah kepo dengan Mila sejak kelas 1 SMA, tapi aku tidak berani untuk mendekatinya. Jangankan mendekatinya, untuk berkenalanpun aku tidak berani. Nah paas aku tahu kalau Mila juga ikut Organisasi yang sang aku ikuti hatiku seakan-akan mendapatkan sebuah dukungan batin, aku jadi sangat semangat jika ada jadwal kumpulan. Kita sering satu bidang saat jadi panitia acara, jadi kebayang dong yah kalo kita sering ngobrol-ngobrol kecil secara langsung maupun secara online via whatsapp. Mila yang memilki postur tubuh yang ideal selalu menutupi kemolekan tubuhnya dengan seragam sekolah yang berukuran serba besar, idaman banget lah pokoknya. ”

“Sreeeep” suara seruputan kopi dari seorang pria berkulit putih, berambut pendek, mengenakan kemeja merah tangan pendek bermotif batik, yang sedari tadi mendegarkan si rambut panjang bercerita.

Dua pria ini sedang berada di sebuah café didekat Universitas, tepatnya disebelah utara Universitas sekitar 267 meter jaraknya. Café ini sering ramai dikunjungi para mahasiswa apabila sudah selesai melaksanakan mata kuliah. Hari semakin sore, café ini mulai sepi hanya ada 3 meja saja yang terisi. Sebelah kanan ditempati oleh sepasang suami istri yang nampaknya sedang beristirahat setelah menempuh perjalanan, lalu dimeja sebelah kiri ada seorang perempuan yang sedang serius menatap laptopnya sampai-sampai makanan dan minuman yang dipesannya terabaikan.

Pria ini masih melanjutkan ceritanya. Sambil menyantap makanan ringan yang ia pesan.

 “ Aku menjadi dekat dengan Mila, kami saling mensuport ketika salah satu dari kami sedang merasa down, kami saling bertukar pikiran ketika ada masalah, kami jua tak lupa saling mendoakan satu sama lain. Saking dekat nya aku dengan Mila sering digosipkan oleh teman-teman disekolah. Seiring berjalannya waktu tak terasa kami dinyatakan lulus bersama 321 siswa/I lainnya, dengan nila kelulusan yang bisa dibilang tidak terlalu sempurna tapi begitu istimewa, karena nilai yang kami dapatkan adalah hasil jeripayah kami sendiri. Sejak saat pengumuman kelulusan aku dan Mila sudah jarang berkomunikasi, wajar saja karena kami beda jurusan yang sama-sama sedang mempersiapkan persyaratan untuk melanjutkan study kami. Mila memilih Universitas yang di Yogyakarta dan mengambil jurusan management. Sedangkan aku memilih Universitas yang di Bandung dan mengambil jurusan IT. Aku terakhir kali melihat wajah Mila pada saat wisudaan dimana pada saat itu ia mengenakan kebaya khas jawa warna biru lengkap dengan kerudung dan kondenya. Raut wajahnya terlihat sangat bahagia. Namun, siapa sangka pertemuan di hari itu adalah pertemuan kami yang terakhir selama 4 tahun ini.”

“Ahhh, kalian ini aku cari-cari di seluruh penjuru kampus tak taunya ada disini” saut seorang pria berkumis tipis berbadan pendek yang mengenakan baju kaos bergambar, warna biru.

“Kalian sedang apasih?. Ahh, paling juga si Andi sedang menceritakan si Mila seorang perempuan idaman nya, yang sudah 4 tahun tidak ada kabar. Benar kan Zi ?”

“Hehehe. Iya, benar roy” jawab Fauzi yang sedari tadi hanya mendengarkan apa yang diucapkan oleh Andi.

“Ahh, kamu ini Roy.” Gumam Andi.

“Sudahlah. Ndi, Zi. Ayo kita pulang”

#OnedayOnePost #ODOPbatch5

Share on Facebook

Share on Twitter

Share on Google+

Share on LinkedIn

Subscribe to receive free email updates: