Oleh
: Muhammad Rafiyudin
Di
pertengahan 2020, kekacauan besar terjadi di mana-mana. Nelayan tidak lagi
menjala ikan dengan jala melainkan menggunakan bom laut yang membuat kerusakan
hebat di lautan. Para pejabat sudah tak memikirkan nasib rakyat, mereka hanya
memikirkan hidupnya sendiri. Korupsi pembangunan terus merajalela. Anak-anak
sekolah sudah tak lagi bermain sepeda, yang mereka mainkan adalah narkoba. BNN
sudah tak sanggup menangani kasus narkoba yang ada.
Pembantaian
umat manusia terjadi di Maluku dan merambat sampai ke Papua. Orang-orang tak
berdosa menjadi korban pembantaian masal. Aceh kembali mencoba memisahkan diri
dari Negara ini. Jakarta sudah tidak kuat menampung keributan yang terjadi. Bandung,
Surabaya, Malang, Banten, Sulawesi, Lampung. Semuanya penuh dengan kekacauan.
Sekolah
tidak kondusif, kantor tidak berfungsi, pasar tidak lagi operasi. Semua
berjalan semaunya. Tidak ada aturan, tidak ada paksaan. Sang pimpinan semakin
tak berdaya dengan kekacauan yang ada.
Para
Ulama dan Pengkhotbah terus memanjatkan do’a agar dia segera ditemukan, demi
kedamaian. Para jama’ah menangis dalam do’a setelah para imam mengatakan bahwa
dia sudah hilang.
Orang-orang
yang mendengar ucapan para imam ikut menangis. Bahkan, bukan hanya para ulama
dan imam. Mufti, biksu, dan pendeta pun mengatakan demikian : “Dia sudah hilang”
Tangisan semakin bergemuruh.
Semua
orang menyesal karena sudah menyia-nyiakan dia yang hilang. Para sarjana diam
membisu, mahasiswa yang biasa mengadakan demo sampai membuat kerusakan hanya
demi keadilan, tertunduk lesu. Anak-anak bayi terus menangis dalam pangkuan
ibunya menginginkan susu.
Kekacauan
semakin menjadi-jadi, para aparatur militer baik darat, laut dan juga udara
sudah bersiap dengan senjatanya masing-masing, tim SAR sudah bersiap untuk
menyisir daerah perairan dan juga daratan. Semuanya menunggu perintah dari
presiden.
Dalam
sidang terbuka di istana Negara, presiden memperintahkan para aparatur militer
dan juga tim SAR untuk segera mencari keberadaan dia yang hilang.
Para
tentara dan tim SAR yang menerima perintah bergegas mencari keberadaan dia yang
hilang. Menyusuri daerah-daerah hingga ke plosok negeri.
Deru
pesawat dan juga tank militer mengagetkan masyarakat plosok negeri yang hanyut
dalam tangisan penyesalan. Seorang anak kecil yang sedang duduk di samping
ibunya yang sedang menggendong bayi, berlari mendekati para tentara yang
berdiri dengan senjata lengkap.
“Pak Tentara, apakah
Bapak akan membawa kami ke kota?” Tanya anak kecil dengan nada manja.
“Tidak nak!” Jawab
Tentara itu dengan lugas.
“Lantas, apa yang Bapak
lakukan di desa kami?” Anak ini bertanya dengan nada lirih.
“Kami sedang mencari
dia yang hilang”
“Dia yang hilang itu
siapa Pak Tentara?” Anak kecil ini kembali bertanya.
Tentara ini mulai
jongkok dan menatap anak kecil itu kemudian berkata “Kau harus tahu nak, Dia
yang hilang adalah Karakter”
#OneDayOnePost
#ODOPbatch5 #Fiksi #BelajarBikinSatire :v
Ini teknik ATM dari tulisan saya?
ReplyDeleteIyah uncle 🙏
DeleteWow
ReplyDeleteWhy?
DeleteKeren nih. Bikin tegang tapi sarat makna
ReplyDeleteMasih belajar mba 🙏
Delete